2018 Belajar dari Lombok dan Palu: Lokakarya multi-stakeholder untuk membangun kesiapsiagaan bencana dan mengurangi risiko bencana

Gempa bumi berkekuatan 6,4 SR yang melanda pulau Lombok di Indonesia pada bulan Juli dan gempa bumi berkekuatan 7,5 SR yang melanda pulau Sulawesi pada bulan September, menyebabkan kehancuran, kerusakan, dan kerugian yang signifikan.

Selama beberapa bulan terakhir, Yayasan Peta Bencana telah berbicara dengan para manajer bencana, tim tanggap darurat, kelompok relawan masyarakat, dan relawan mahasiswa yang mengalami kejadian atau terlibat langsung dalam pemulihan, untuk mempelajari tantangan terbesar yang dihadapi.

Kesulitan dalam memberikan bantuan dan kesulitan untuk evakuasi, sebagian besar muncul karena kurangnya akses ke informasi yang tepat waktu. Kurangnya informasi terkini mengenai kondisi akses secara real-time menambah kebingungan dan risiko di pulau-pulau tersebut; tim tanggap darurat tidak dapat menjangkau tempat penampungan dan para korban karena gangguan akses yang tak terduga. Warga yang mencoba mengungsi juga menghadapi tantangan yang sama.

Peta banjir real-time, PetaBencana.id, telah membuktikan bahwa berbagi informasi secara urun daya dapat mengurangi risiko bencana dan membantu upaya pertolongan. Menyadari nilai dari pengumpulan, pembagian, dan visualisasi data yang dipimpin oleh masyarakat, Yayasan Peta Bencana sekarang sedang berupaya memperluas peta tersebut untuk mendukung kejadian bencana lainnya, termasuk gempa bumi.

Sebagai bagian dari upaya kami untuk mengembangkan platform pemetaan bencana untuk gempa bumi, Yayasan Peta Bencana telah terlibat dalam proses desain dan penelitian bersama dengan berbagai pemangku kepentingan. Pada bulan November 2018, kami mengadakan lokakarya penelitian/desain yang bekerja sama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Lokakarya ini – yang mempertemukan para manajer darurat bencana pemerintah, jurnalis, mahasiswa, akademisi, kelompok sukarelawan, tokoh masyarakat, dan badan-badan iklim – memberikan wawasan multi-perspektif tentang strategi untuk tanggap darurat bencana dan kesiapsiagaan bencana karena para peserta berbagi keprihatinan, pengalaman, dan pengetahuan mereka yang unik.

Untuk merangsang diskusi, lokakarya ini disusun dalam bentuk permainan yang didasarkan pada skenario nyata yang dialami selama gempa bumi baru-baru ini. Permainan ini berhasil mendorong para peserta untuk segera terlibat dalam mengevaluasi arus informasi, mengidentifikasi kesenjangan utama, dan mendiskusikan peluang untuk mendukung respons dengan menggunakan informasi urun daya.

Kami sangat senang melihat bahwa di akhir lokakarya, kelompok pemangku kepentingan yang sangat berbeda (yang mengatakan bahwa mereka tidak akan memiliki kesempatan untuk berbicara bersama) saling bertukar kontak; para peserta menyatakan penghargaan mereka atas kesempatan untuk belajar dari kelompok yang berbeda, dan sangat ingin membangun kapasitas untuk bekerja lebih erat dalam kesiapsiagaan untuk kejadian di masa depan.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *