News

  • 2025 Di tengah tiga siklon, berbagi informasi berbasis komunitas membentuk respons bencana

    Hujan deras dan angin kencang telah menyebabkan banjir di beberapa desa di Sulawesi Selatan sejak Jumat, 7 Februari 2025 (7/02/25). Destinasi wisata populer Bali juga terkena dampak parah, dengan gangguan pada perjalanan darat, laut, dan udara. Air banjir merendam rumah-rumah dan infrastruktur publik, dengan beberapa area mengalami ketinggian air setinggi pinggang. Saat air banjir naik, PetaBencana.id mencatat lonjakan laporan yang dihasilkan komunitas, memungkinkan tim respons darurat untuk bertindak cepat di area yang terdampak.

    Laporan yang dikirimkan ke PetaBencana.id dari warga di Kecamatan Turikale, Kecamatan Lau, Kecamatan Bontoa, Kecamatan Mandai, Kecamatan Moncongloe merinci ketinggian banjir yang bervariasi dari mata kaki hingga setinggi pinggang. Berbagi informasi yang dipimpin komunitas melalui PetaBencana.id memainkan peran penting dalam membentuk upaya evakuasi. Laporan komunitas yang terverifikasi memberikan informasi penting kepada tim respons darurat dan relawan untuk segera mengarahkan bantuan ke lokasi yang paling membutuhkannya.

    Menanggapi laporan yang diunggah di PetaBencana.id, tim BAZNAS dengan cepat mengerahkan perahu karet untuk mengevakuasi warga di area banjir, meliputi Kecamatan Tanralili, Desa Borong, dan Dusun Ammarrang, Kabupaten Maros.

    Jumriah, seorang warga dari Sulawesi Selatan, menggarisbawahi peran partisipasi masyarakat dalam membentuk respons bencana:

    “Saat hujan lebat dan angin ekstrem terus melanda daerah kami, PetaBencana.id memungkinkan kami untuk saling mendukung dan memperkuat kesiapsiagaan komunitas dengan menyediakan cara sederhana untuk melihat dan berbagi laporan bencana secara real-time. Menyaksikan respons cepat yang muncul dari laporan yang dibagikan di platform, saya semakin menyadari bahwa mitigasi bencana adalah tugas dan tanggung jawab kita bersama.”

    Seiring hujan lebat yang terus berlanjut, PetaBencana.id juga menerima peningkatan laporan yang mendokumentasikan dampak angin ekstrem, dengan insiden pohon tumbang yang menghalangi jalan dan atap rumah yang beterbangan di Kecamatan Simbang, Tanralili, Turikale, Lau, Moncongloe, dan Camba. Data real-time PetaBencana.id memungkinkan pihak berwenang setempat dan relawan untuk dengan cepat mengidentifikasi dan membersihkan jalan yang terblokir, memastikan pergerakan yang aman bagi warga dan responden darurat.

  • 2024: Setahun Penuh Aksi Kolektif

    Seiring tahun 2024—tahun terpanas yang pernah tercatat—akan segera berakhir, kita diingatkan bahwa kisah tahun ini bukan hanya tentang krisis, tetapi juga tentang perlawanan, kepedulian, dan kemungkinan. Ini adalah tahun dampak iklim yang meningkat, dengan panas memecahkan rekor dan serangkaian bencana yang tak henti-hentinya di seluruh dunia. Namun, di saat-saat krisis ini, kita juga menyaksikan kecerdikan dan solidaritas luar biasa ketika komunitas melangkah maju untuk saling menjaga. PetaBencana.id dan MapaKalamidad.ph dibangun untuk mendukung kekuatan kolektif ini. Dengan memanfaatkan apa yang komunitas sudah ketahui dan lakukan dengan terbaik—saling menjaga—platform ini telah mengubah ponsel pintar dan jejaring sosial menjadi infrastruktur penyelamat jiwa, membentuk sistem kepedulian yang mampu mengatasi tantangan zaman kita.

    Tahun ini, transformasi tersebut mengambil dimensi baru. Sepanjang tahun ini saja:

    Pada tahun 2024, platform kami mengalami peningkatan 150% dalam laporan bencana yang dikirimkan warga dibandingkan tahun sebelumnya. Setiap laporan bencana yang dikirimkan adalah pengingat bahwa ketahanan bukanlah tindakan soliter. Ini adalah tetangga yang menandai jalan yang terendam banjir, orang tua yang memperingatkan orang lain tentang kebakaran, pemimpin komunitas yang berbagi pembaruan penting. Ini adalah kecerdasan kolektif jutaan orang, yang bersatu secara real-time untuk melindungi apa yang paling penting. Kami telah menerima pesan-pesan mengharukan dari para ibu, guru, pemuda, manajer darurat, dan responden tentang apa artinya berpartisipasi secara kolektif dalam upaya pengurangan risiko bencana:

    🌀 Selama Topan Super Carina (Topan Gaemi) di Filipina, MapaKalamidad.ph menerima lebih dari 300 laporan topan dalam periode 36 jam, dan menjadi jalur komunikasi utama antara komunitas, unit pemerintah daerah, dan Office of Civil Defense (OCD). Laporan warga membantu membentuk dan memandu respons awal. Tahun ini, lebih dari 900 organisasi kemanusiaan telah menggunakan data dari PetaBencana.id dan MapaKalamidad.ph untuk mendukung respons, menunjukkan kekuatan kecerdasan kolektif dalam mengubah sistem perawatan. Menurut Kasbu, manajer darurat di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Rokan Hilir:

    🙋 Gerakan kami didukung oleh jutaan orang yang berbagi pengetahuan, melaporkan bencana, mendukung tetangga mereka, dan berkontribusi membangun masa depan yang berakar pada kepedulian timbal balik dan ketahanan kolektif. Katalis utama gerakan ini adalah jaringan duta pemuda dan iklim kami, yang tahun ini bertumbuh menjadi 1.330 duta aktif. Kami bangga dan bersyukur dapat bekerja sama dengan generasi pemimpin berikutnya, yang terus menunjukkan bahwa meskipun kaum muda adalah yang paling terdampak oleh bencana terkait iklim, mereka juga adalah pemimpin perubahan di komunitas mereka. Didukung oleh program hibah mikro kami, inisiatif proaktif mereka secara kolektif telah melatih lebih dari 42.174 orang dalam kesiapsiagaan bencana tahun ini saja. Itu adalah peningkatan 350% dalam inisiatif berbasis komunitas dibandingkan tahun lalu! 🤩

    Kami telah menandai beberapa tonggak penting tahun ini:

    Di awal tahun, MapaKalamidad.ph berkembang menjadi platform pemetaan multi-bahaya untuk seluruh Filipina. Kurang dari sebulan setelah peluncuran, warga sudah memanfaatkan fungsionalitas multi-bahaya yang baru terintegrasi selama Gempa Bumi di Caraga. Melokalkan perangkat lunak open-source kami untuk Filipina merupakan pengalaman yang sangat memuaskan, menunjukkan bagaimana perangkat lunak dapat berfungsi sebagai infrastruktur pengetahuan vital. Dengan membangun dari pekerjaan kami di Indonesia dan berbagi alat teknis, serta strategi dan pelajaran dalam penelitian komunitas, desain, dan penjangkauan, kami meluncurkan platform multi-bahaya dalam waktu singkat. Ini adalah bukti kekuatan dan pentingnya bekerja pada solusi open-source untuk adaptasi iklim, serta kekuatan kolaborasi dan pertukaran pengetahuan di antara Mayoritas Global.

    Pada bulan Juli, kami menandai tonggak besar untuk adaptasi iklim dengan peluncuran layanan notifikasi bencana real-time gratis pertama untuk semua warga Indonesia. 🚨 Inisiatif ini mengatasi tantangan mendalam yang disorot oleh Laporan Penilaian Keenam IPCC: kurangnya informasi relevan secara lokal dan tepat waktu sebagai penghalang kritis untuk adaptasi iklim yang efektif. Hanya dalam lima bulan, lebih dari 24.535 notifikasi telah dikirim, menjembatani kesenjangan informasi vital untuk membantu warga tetap terinformasi dan bertindak cepat. Namun layanan ini lebih dari sekadar tonggak teknis—ini berakar pada pemahaman tentang bagaimana orang memahami dan merespons risiko. Dengan merancang notifikasi berdasarkan penelitian ekstensif di berbagai demografi, dan mengintegrasikan pengetahuan lokal, kami memastikan bahwa notifikasi ini diterjemahkan menjadi tindakan yang berarti.

    🙌 Kisah-kisah yang dibagikan komunitas kami telah menegaskan bahwa di luar platform teknis, PetaBencana.id dan MapaKalamidad.ph adalah ruang untuk koneksi dan agensi. Semangat kolektif gotong royong di Indonesia dan bayanihan di Filipina, yang telah diperbarui melalui masa-masa sulit ini, adalah bukti kekuatan adaptasi iklim yang dipimpin komunitas.

  • 2024 Yayasan Peta Bencana dan KNTI menandatangani kesepekatan MOU untuk Perkuat Ketangguhan Pesisir dan Laut Bagi Komunitas Nelayan Tradisional

    Direktur Yayasan Peta Bencana, Nashin Mahtani, dan Ketua Umum KNTI, Dani Setiawan, menandatangani Nota Kesepahaman pada 25 November 2024 untuk meresmikan kemitraan antara kedua organisasi.

    Perubahan iklim mengancam 50% pasokan protein Indonesia, yang berasal dari sektor perikanan, dan berisiko mengganggu 6 juta dollar stabilitas sektor pertanian sebagai sumber pekerjaan bagi lebih dari 12 juta penduduk Indonesia. Nelayan tradisional Indonesia menjadi salah satu kelompok paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Kenaikan permukaan airlaut, pola cuaca yang semakin tak terduga, serta cuaca ekstrem seperti badai dan banjir, mengancam keselamatan serta mata pencaharian mereka. Tantangan ini diperparah dengan akses yang terbatas terhadap informasi bencana yang akurat dan tepat waktu, yang dapat memperlambat upaya evakuasi dan mengganggu aktivitas para nelayan untuk melaut.

    PetaBencana.id, sebuah platform pemetaan bencana secara real-time yang pertama kali dikembangkan di Indonesia, memanfaatkan chatbot berbasis AI untuk menjembatani kesenjangan informasi penting ini. Senin, 25 November 2024, Yayasan Peta Bencana dan Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI), organisasi yang aktif memperjuangkan kesejahteraan nelayan tradisional, telah menandatangani Nota Kesepahaman (MOU) untuk berkolaborasi dalam meningkatkan mitigasi bencana, kesiapsiagaan, dan adaptasi perubahan iklim bagi komunitas pesisir dan nelayan di Indonesia.

    Kemitraan antara Peta Bencana dan KNTI bertujuan untuk menjawab tantangan mendesak ini dengan menggabungkan teknologi terkini Peta Bencana dalam pemetaan bencana secara real-time dengan jaringan komunitas akar rumput KNTI dan keahliannya dalam memberdayakan komunitas nelayan. Bersama-sama, kolaborasi ini akan berfokus pada:

    • Meningkatkan kesiapsiagaan dan kesadaran bencana bagi nelayan tradisional dan komunitas pesisir melalui kampanye edukasi bagi komunitas.
    • Memberikan informasi bencana secara real-time kepada nelayan, memastikan langkah evakuasi dan mitigasi dapat dilakukan tepat waktu selama keadaan darurat.
    • Mendukung upaya adaptasi perubahan iklim dengan mengintegrasikan pengetahuan tradisional dan wawasan berbasis data untuk membangun ketahanan jangka panjang di wilayah pesisir.

    Nelayan tradisional berada di garis depan terhadap dampak perubahan iklim, namun sering kali menjadi kelompok terakhir yang menerima informasi bencana penting. Kemitraan ini bertujuan untuk memberdayakan komunitas nelayan dengan alat dan pengetahuan yang diperlukan untuk melindungi kehidupan dan penghidupan mereka, sambil mendorong perlindungan yang lebih baik.

    Menurut Ketua Umum KNTI, Dani Setiawan, “Banjir rob adalah momok bagi masyarakat pesisir, khususnya bagi perempuan pesisir. Kehadiran banjir rob menambah beban perempuan pesisir, karena selain merendam rumah dan jalan, banjir rob juga seringkali menghambat mereka dalam memproduksi olahan hasil laut dan perikanan. Kolaborasi dengan PetaBencana.id ini akan mendukung anggota KNTI – yang terdiri dari nelayan kecil dan tradisional, pelaku budidaya, petambak tradisional, serta pengolah dan pedagang produk kelautan dan perikanan – dalam beradaptasi terhadap perubahan iklim.”

    “Misi kami adalah memastikan informasi bencana yang mampu menyelamatkan banyak jiwa dapat diakses oleh semua orang,” ujar Nashin Mahtani, Direktur Yayasan Peta Bencana. “Bermitra dengan KNTI memungkinkan kami memperluas jangkauan platform kami kepada nelayan tradisional Indonesia, memastikan mereka yang paling berisiko dapat membuat keputusan yang tepat selama bencana dan beradaptasi terhadap perubahan iklim.”

    Kolaborasi ini penting untuk menjawab tantangan yang dihadapi oleh komunitas nelayan Indonesia, yang sangat bergantung pada laut demi kelangsungan hidup mereka tetapi semakin terancam oleh degradasi lingkungan dan perubahan iklim. Dengan memanfaatkan teknologi open-source dan pemberdayaan komunitas, Peta Bencana dan KNTI bertujuan untuk memperkuat kesiapsiagaan bencana, melindungi mata pencaharian pesisir, dan mempromosikan solusi berkelanjutan untuk masa depan yang lebih tangguh.